3.1.a.7 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL - PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
"PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN"
LALU DARWATI – CGP ANGKATAN 2 – SMAN 1 KURIPAN LOMBOK BARAT
Setelah mempelajari
modul tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya
menyadari benar bahwa banyak hal dalam hidup ini yang harus dipikirkan dengan
bijaksana terutama berkaitan dengan pengambilan suatu keputusan. Sering
kali saya bertindak terlebih dahulu tanpa memikirkan apakah itu keputusan yang
tepat untuk saya ambil atau tidak. Ataukah keputusan yang akan diambil dapat
melukai hati orang lain yang membuat suasana tidak nyaman dalam suasana kerja
yang sifatnya adalah kerja team. Akan tetapi dalam mengambil keputusan dengan dalil demi
"menyehatkan" diri dan bathin sendiri tanpa memikirkan pendapat dan
perasaan orang lain, yang akhirnya memunculkan dilema dalam diri, apakah
keputusan itu saya lakukan demi kebaikan orang banyak?, apakah saya menjunjung
tinggi prinsip dan nilai yang ada dalam diri sendiri? atau apakah saya melakukan
apa yang saya harapkan orang lain akan lakukan kepada diri saya ? Sebagai CGP
saya senang, banyak mendapatkan ilmu juga pengalaman hal yang tidak pernah saya
pikirkan sebelumnya. Jadi ingat bagaimana membangun niat untuk mengikuti test Guru Pengerak tahun
lalu, tarik ulur antara ikut dan tidak. Dengan mempertimbangkan waktu Pendidikan
yang lamanya 9 bulan, saya berdiskusi dengan teman guru dan kepala sekolah. Saya takut tidak
bisa mengikuti semua kegiatan secara maksimal dan juga takut tidak adanya
dukungan dari kepala sekolah, dan diluar dugaan kepala sekolah sangat mendukung
keputusan saya untuk mengikuti dan mempersiapkan persyaratan mengikuti tes Guru
Penggerak. Dan sekarang saya menyadari keputusan yang saya ambil tahun lalu
untuk mengikuti diklat CGP ini bukanlah suatu kesalahan dan kekhawatiran.
Walaupun kenyataannya, saya mengikutinya dengan tertatih-tatih, tetapi dengan
begitu banyaknya manfaat yang dapat saya ambil dari pendidikan Calon Guru
Penggerak ini, maka dengan semangat dan asa yang ada, saya akan melaluinya
dengan sekuat tenaga.
Berbicara
tentang modul "Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran" adalah materi
yang tidak kalah pentingnya dari modul modul yang lain karena saling berkaitan satu sama lain. Seorang guru harus memiliki
jiwa kepemimpinan, terutama didalam kelas, yang terbiasa menghadapi siswa yang
beragam karakter. Sebagai Seorang pemimpim pembelajaran dalam mengkritisi suatu
pengambilan keputusan atau membuat suatu keputusan yang memberikan solusi
terbaik untuk kemajuan perorangan atau sekelompok orang harus mampu memahami
dan menganalisa aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah pengambilan suatu
keputusan dibuat. Kita harus mengkaji prinsip-prinsip atau nilai-nilai manakah
yang cenderung sering kita gunakan, apakah kita pernah menganalisis keputusan itu?, Bagaimana proses
pengambilan keputusan tersebut?. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik maka harapan menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang lebih baik,
bijaksana dan bertanggungjawab akan dapat terwujud.
Dilema
seorang pemimpin atau secara pribadi dalam mengambil suatu keputusan pasti ada, apalagi keputusan yang akan diambil
adalah bersifat mendadak dan reflek, Disamping itu, tanpa disadari bahwa
tidak ada aturan baku yang berlaku untuk memutuskan situasi dilema karena hal
ini sifatnya relative dan bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada
saat kejadian atau bisa kita namai dengan dilemma etika. Artinya adalah hal ini
dapat dimaknai bahwa terkadang adalah hal yang benar untuk memegang aturan demi
suatu keadilan, akan tetapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan
tindakan yang dapat dibenarkan. Demikian pula sebaliknya ketika dihadapkan
dengan situasi bujukan moral (Benar Versus Salah) bahwa dalam melakukan hal
yang salah walaupun untuk alasan yang baik tetap saja salah. Contohnya siswa
mencontek, walau pun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik yang tentuanya
juga merupakan hal yang baik, tetap hal itu adalah suatu tindakan yang salah.
Apa rencana ke
depan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika?
Dari pengalaman saya
sebagai pendidik, untuk murid dan rekan
kerja disekolah, saya harus secara sadar memahami bahwa dilema etika adalah hal
berat yang harus dihadapi. Ketika kita menghadapkan dengan situasi dilema
etika, maka akan ada nilai-nilai
kebajikan yang mendasarinya namun bertentangan seperti cinta dan kasih sayang,
kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan
akan hidup. Karena dilema etika adalah suatu situasi yang terjadi ketika
seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral
benar tetapi bertentangan. Seandainya saya dihadapkan dengan hal tersebut, maka
saya akan mengabil jalan tengah berupa win-win solution dan mengutamakan
keputusan terbaik untuk semua pihak yang terkait.
Bagaimana Anda bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan Anda?
Untuk mengukur keefektifan keputusan yang saya ambil, maka keputusan yang diambil tersebut dikaitkan dengan 9 langkah dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan Dilema etika, yaitu:
1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.
4. Pengujian benar atau salah :
Uji Legal, Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.
Uji Regulasi/Standar Profesional, Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.
Uji Intuisi, Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
Uji Halaman Depan Koran, Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.
Uji Panutan/Idola, Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.
Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam. Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir. Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta kita meletakkan diri kita pada posisi orang lain. Bila situasi dilema etika yang kita hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri kita karena situasi yang kita hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini? Individu lawan masyarakat (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
6. Melakukan Prinsip Resolusi, Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
• Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
• Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
• Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
7. Investigasi Opsi Trilema. Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.
8. Buat Keputusan, Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan, Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Siapa yang akan membantu atau mendampingi Anda?
Tentunya dalam mengambil suatu keputusan dalam lingkungan
sekolah tidak dapat hanya mengandalkan hasrat dan hati nurani saja. Saya harus
mampu mengenali kondisi, mengidentifikasi lingkungan dan subjek yang terdampak
dari keputusan tersebut dengan melakukan tukar pendapat atau diskusi ringan
dengan rekan sejawat yang telah memiliki pengalaman sebagai pengajar di
sekolah. Agar keputusan yang diambil efektif dan efisien, maka saya membutuhkan orang-orang yang
memiliki visi dan misi yang sama untuk kemajuan sekolah, Tentunya sebelum menyamakan persepsi kepada
rekan kerja, saya memberikan informasi mengenai pengambilan keputusan sebagai
Pemimpin Belajar ini terlebih dahulu. Informasi tentang Pengambilan Keputusan
ini saya lakukan baik kepada individu atau secara berkelompok, dan didalam
Komunitas Praktisi yang telah saya buat di sekolah. Setelah rekan sejawat
memahami prinsip pengambilan keputusan ini dan apabila mereka dihadapkan pada
suatu permasalahan, maka sebagai CGP saya dapat membantu rekan sejawat berupa
teknik coaching dengan memperhatikan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Harapannya semua keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik.
Kepala sekolah adalah orang yang dapat
dimintakan tanggung jawabnya sebagai pendamping tertinggi di sekolah.
Kapan Anda akan menerapkannya?
Setelah mempelajari modul ini, mulai dari sekarang saya
berusaha untuk menerapkannya kepada murid dan rekan sejawat untuk menyelesaikan
permasalahan umum yang biasanya terjadi
disekolah. Banyak kasus yang terjadi dalam pembelajaran dikelas seperti siswa
tidak jujur dalam ujian, siswa bolos,
sering tidak membuat tugas dan lainnya. Jika dengan seketika kita marah dan
memutuskan dengan hawa nafsu maka suasana pembelajaran tentunya menjadi tidak
menyenangkan dan berdampak tidak baik terhadap psikologis siswa. Tentunya
teknik latihan kesadaran penuh (mindfulness) seperti STOP juga harus dicoba
untuk dilakukan sebelum mengambil keputusan. Andaikan hasil identifikasi
keputusan tersebut berkaitan dengan siswa, maka saya dapat berkolaborasi dengan
orang tua siswa, walikelas siswa bahkan teman terdekat siswa. Harapan kedepan
semua warga sekolah dapan mengambil keputusan yang tepat untuk kemajuan
kompetensi diri dan sekolah itu sendiri.
Komentar
Posting Komentar